Sabtu, 26 November 2016

EFEK INDUKSI

Efek Induksi

1.    Efek Induksi
Sebuah efek induktif adalah tarikan kerapatan elektron melalui obligasi s disebabkan oleh perbedaan elektronegativitas dalam atom.
Pada contoh di bawah ini, ketika kita membandingkan acidities etanol dan 2,2,2-Trifluoroethanol, kami mencatat bahwa yang  kanan lebih asam dibandingkan yang sebelumnya.



Dalam suatu ikatan kovalen tunggal dari atom yang tak sejenis, pasangan electron yang membentuk ikatan sigma, tidak pernah terbagi secara merata di antara kedua atom. Electron memiliki kecenderungan untuk tertarik sedikit ataupun banyak kea rah atom yang lebih elektronegatif dari keduanya. Misalnya dalam suatu alkil klorida, kerapatan electron cenderung lebih besar pada daerah didekat atom Cl daripada atom C. sebagai penunjuk bahwa atom yang satu lebih elektronegatif, secara umum dituliskan sebagai berikut:
Jika atom karbon terikat pada klorin dan ia sendiri berikatan pada atom karbon selanjutnya, efek induksi dapat diteruskan pada karbon tetangganya.
Akibat dari pengaruh atom klorin, electron pada ikatan karbon klorin didermakan sebagian ke klorin, sehingga menyebabkan C1 sedikit kekurangan electron. Keadaan C1 ini menyebabkan C2 mesti mendermakan juga sebagian elektronnya pada ikatan C2 dengan C1 agar menutupi kekurangan electron di C1. Begitu seterusnya. Namun, efek ini dapat hilang pada suatu ikatan jenuh (ikatan rangkap), efek induktif ini juga semakin mengecil jika melewati C2. Pengaruh distribusi electron pada ikatan sigma ini dikenal sebagai efek induksi.
Sebagai perbandingan relatifitas efek induksi, kita memilih atom hydrogen sebagai molekul standarnya, misalnya CR3-H.

-         Jika ketika atom H dalam molekul ini diganti dengan Z (atom ataupun gugus), kemudian kerapatan electron pada bagian CR3pada molekul ini berkurang daripadadalam CR3-H, maka Z dapat dikatakan memiliki suatu efek – I (efek penarik electron / electron-withdrawing / electron-attracting). Contoh gugus dan atom yang memiliki efek – I: NO2, F, Cl, Br, I, OH, C6H5-.
-         Jika kerapatan electron dalam CR3 bertambah besar dari pada dalam CR3-H, maka Z dikatakan memiliki efek + I (efek pendorong electron / electron-repelling / electron-releasing). Contoh gugus dan atom yang memiliki efek + I: (CH3)3C-, (CH3)2CH-, CH3CH2-, CH3-.

Efek Mesomeri (efek resonansi/konjugasi)
Distribusi electron dapat terjadi dalam rantai karbon tak jenuh, khususnya dalam system terkonjugasi, melalui orbital π. Contohnya adalah gugus karbonil, tidak dapat hanya digambarkan dengan struktur sederhana (a) saja, maupun dengan dipole (b) yang diperoleh dari pergeseran electron π. Struktur yang sebenarnya adalah (c), yaitu suatu hybrid dari (a) dan (b) yang merupakan bentuk kononikal. Efek induksi juga dapat terjadi, seperti ditunjukan pada (c), namun efek induksi akan sangat kecil dibandingkan dengan efek mesomeri sebab electron σ kurang dapat terpolarisasi dan oleh karenanya kurang siap untuk bergeser daripada electron π.

Jika gugus C=O terkonjugasi dengan C=C,  polarisasi di atas dapat diteruskan lebih lanjut oleh electron π, contohnya:
Delokalisasi terjadi, sehingga pada C3 terjadi kekurangan electron, begitu jugan dengan C1. Perbedaan antara transmisi dengan system terkonjugasi ini dengan efek indutif dalam suatu system jenuh adalah bahwa di sini efek kekurangan electron disebabkan oleh transmisi tersebut, dan polaritasnya bergantian antara atom karbon yang berdekatan.

Stabilisasi dapat terjadi dengan delokalisasi ion bermuatan positif atau negative dengan orbital π
Stabilisasi anion penoksida (2), dengan delokalisasi muatannya dengan delokalisasi orbital π pada inti, hal ini menyebabkan fenol bersifat asam (fenol lebih asam dari alcohol tetapi lebih rendah dari asam karboksilat)

                                          
Efek mesomerik, mirip dengan efek induksi, efeknya terpolarisasi secara ermanen dalam keadaan dasar molekul, dan oleh karena itu dinyatakan dalam sifat fisika senyawanya. Mesomeri hanya dapat terjadi pada senyawa tak jenuh, namun efek induktif dapat terjadi pada senyawa jenuh maupun tak jenuh. Efek induksi hanya terbatas pada jarak yang terbatas, sedangkan efek mesomeri dapat terjadi sepanjang molekul masih menyediakan system terkonjugasi.
Pada tabel berikut ini diuraikan beberapa gugus yang bersifat penarik dan pendorong electron dan gugus yang dapat menimbulkan efek mesomerik.



sumber:
https://www.scribd.com/doc/146670056/resonansi-efek-induksi

Senin, 21 November 2016

GUGUS FUNGSI

Gugus fungsi ialah atom atau kelompok atom dalam molekul yang memiliki  sifat-sifat kimia yangkhas. Gugus fungsi yang sama dalam molekul yang berbeda  dapat memperlihatkan perilaku kimia yang sama (Prasojo, 2010). Gugus fungsi  cenderung menjadi kapak reaktif dalam molekul organik, dan sifat kimianya kurang  bergantung pada sifat hidrokarbon yang dilekatinya. Gugus fungsi melekat pada  suatu kerangka organik dan paling menentukan sifat kimia dari kerangka tersebut  (Oxtoby, 2003). 

Sebagian besar gugus fungsi yang ditemukan dalam obat-obatan mudah  mengalami hidrolisis pada penyimpanan, tetapi yang paling umum ditemui pada  ester dan amida. Hidrolisis ester dan amida terjadi sebagai hasil serangan nukleofilik pada karbon karbonil dan pemecahan lebih lanjut ikatan tunggal karbon-oksigen atau karbon-nitrogen (Chairns, 2004).

GUGUS FUNGSI
1.      ALDEHID
Aldehida merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil terminal. Gugus fungsi ini terdiri dari atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen dan berikatan rangkap dengan atom oksigen. Golongan aldehid juga dinamakan golongan formil atau metanoil. Kata aldehida merupakan kependekan dari alcohol dehidrogenasi yang berarti alkohol yang terdehidrogenasi. Golongan aldehida bersifat polar.
TATA NAMA ALDEHID
Aldehid sudah dikenal sejak lama sehingga penataan nama menggunakan nama trivial sering dipakai. Menurut sistem IUPAC, nama aldehid diturunkan dari nama alkana dengan mengganti akhiran –a menjadi –al. Oleh karena itu, aldehid disebut juga alkanal. Tata nama pada aldehid sama dengan tata nama pada alkohol, rantai terpanjang harus mengandung gugus aldehid.
1)    IUPAC
Ø  Pemberian nama aldehida dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada nama alkana dengan –al.
Ø  Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang terdapat gugus karbonil.Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama. Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karbonil.
Ø  Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama nama substituen. Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
2)    Trivial
Ø  Aldehida tak bercabang
Ø  Aldehida bercabang
RUMUS STRUKTUR
Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana :
R        : Alkil
-CHO : Gugus fungsi aldehida
Sudut yang dibentuk oleh gugus fungsi –CHO sebesar 120 derajat  dan panjang ikatan rangkap C=O sebesar 0,121 nm.
SIFAT FISIKA ALDEHIDA
Ø  Aldehida dengan 1-2 atom karbon (formaldehida, dan asetaldehida) berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak.
Ø  Aldehida dengan 3-12 atom karbon berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap.
Ø  Aldehida dengan atom karbon lebih dari 12 berwujud padat pada suhu kamar.
Ø  Aldehida suku rendah (formaldehida, dan asetaldehida) dapat larut dalam air.
Ø  Aldehida suku tinggi tidak larut air.
SIFAT KIMIA ALDEHIDA
Ø  Oksidasi oleh kalium bikromat dan asam sulfat
Oksidasi aldehida dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan asam karboksilat.
Ø  Oksidasi oleh larutan Fehling
Ø  Aldehida dapat mereduksi larutan Fehling menghasilkan endapan merah bata dari senyawa tembaga(I) oksida.
Ø  Oksidasi oleh larutan Tollens
Aldehida dapat mereduksi larutan Tollens menghasilkan cermin perak.
MEKANISME ALDEHID
Ø  Oksidasi alkohol primer
Alkohol primer dapat teroksidasi menghasilkan suatu aldehida dengan katalis kalium bikromat dan asam sulfat.

Ø  Mengalirkan uap alkohol primer di atas tembaga panas
Uap alkohol primer teroksidasi menghasilkan suatu aldehida dengan katalis tembaga panas.
Ø  Memanaskan garam kalsium suatu asam monokarboksilat jenuh dengan kalsium format.
Pemanasam campuran garam kalsium asam monokarboksilat jenuh dengan kalsium format akan menghasilkan aldehida.
KEGUNAAN ALDEHID
Ø  Formaldehida (metanal) digunakan sebagai pembunuh kuman dan mengawetkan.
Ø  Formaldehida digunakan untuk membuat plastik termoset (plastic tahan panas).
Ø  Paraldehida digunakan sebagai akselerator vulkanisasi karet

2.      ALKOHOL
Berdasarkan jenis atom karbon yang mengikat gugus OH, alkohol dibedakan atas alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Dalam alkohol primer, gugus OH terikat pada atom karbon primer, dan seterusnya.
TATA NAMA ALKOHOL
Nama IUPAC alkohol diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran a menjadi ol.
CH3- CH2- CH2- OH 1-Propanol
Selain nama IUPAC, alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim, yaitu alkil alkohol.
CH3- CH2- OH            etil alkohol
SIFAT FISIKA ALKOHOL
·         Alkohol mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi. Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik intermolekuler yang kuat.
·         Pada suhu kamar, alkohol suku rendah berbentuk cairan , suku sedang berupa cairan kental, sedangkan suku tinggi berbentuk padatan.
SIFAT KIMIA ALKOHOL
·         Gugus OH merupakan gugus yag cukup reaktif sehingga alkohol mudah terlibat dalam berbagai jenis reaksi.
·         Reaksi Alkohol dengan logam aktif misalnya logam natrium dan kalium membentuk alkoksida dan gas hidrogen.
·         Alkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
·         Jika alkohol dipanaskan bersama asam sulfat pekat akan mengalami dehidrasi (melepas molekul air) membentuk eter atau alkena.
KEGUNAAN ALKOHOL
·         Pengawet untuk hewan koleksi (yang ukurannya kecil).
·         Bahan bakar otomotif. Ethanol dan methanol dapat dibuat untuk membakar lebih bersih dibanding gasoline atau disel.  
·         Antifreeze pada radiator.
·         Untuk menambah penampilan Mesin pembakaran dalam, methanol dapat disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini akan mendinginkan masuknya udara kedalam pipa masuk, menyediakan masuknya udara yang lebih padat.
·         Gasohol (90% bensin + 10% alkohol) sebagai bahan bakar
REAKSI-REAKSI
Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil dapat memperbesar kelarutan dalam air.
a)     Reaksi Oksidasi
Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan asam, alkohol mengalami dehidrasi menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi.
b)     Oksidasi menjadi aldehid
Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer adalah suatu aldehid (RCH=O). Aldehid, siap dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oleh sebab itu, reaksi antara alkohol primer dengan zat oksidator kuat akan menghasilkan asam karboksilat, dan bukan intermediet aldehid. Pereaksi tertentu harus dipakai apabila intermediet aldehid merupakan hasil yang diinginkan.
c)      Oksidasi menjadi keton.
Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang reaktif kuat menjadi keton.
d)     Oksidasi menjadi asam karboksilat.

3.      ASAM KARBOKSILAT
Asam karboksilat adalah asam organik yang diidentikkan dengan gugus karboksil. Asam karboksilat   merupakan asam Bronsted-Lowry (donor proton). Garam dan anion asam karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat merupakan senyawa polar, dan membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Pada fasa gas, Asam karboksilat dalam bentuk dimer. Dalam larutan Asam karboksilat merupakan asam lemah yang sebagian molekulnya terdisosiasi menjadi H+ dan RCOO-. Contoh : pada temperatur kamar, hanya 0,02% dari molekul asam asetat yang terdisosiasi dalam air. Asam karboksilat alifatik rantai pendek (atom karbon <18) dibuat dengan karbonilasi alkohol dengan karbon monoksida. Untuk rantai panjang dibuat dengan hidrolisis trigliserida yang biasa terdapat pada minyak hewan dan tumbuhan.

RUMUS STRUKTUR
Rumus umum asam karboksilat adalah R-COOH atau Ar-COOH, dimana :
R     : Alkil Ar    : Aril
Ø  COOH  : Gugus karboksil
         Ciri khusus dalam asam karboksilat adalah terdapatnya gugus fungsi karboksil (-COOH), karboksil diambil dari karbonil (-CO-) dan hidroksil (-OH). Sudut yang dibentuk oleh gugus fungsi –COOH- sebesar 120 derjat dan panjang ikatan C=O sebesar 0,121 nm.

TATA NAMA ASAM KARBOKSILAT
1)     IUPAC
Ø  Pemberian nama asam karboksilat dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada nama alkana dengan –oat.
Ø  Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang mengandung gugus karboksil).
Ø  Tentukan substituen yang terikat rantai utama.
Ø  Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karboksil.
Ø  Jika terdapat 2 atau lebih substituen berbeda dalam penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama nama substituen.
Ø  Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.
Ø  Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad. Contoh : bukan Asam-3-neopentil-2-metilheksanoat tetapi Asam 2-metil-3-neopentilheksanoat
2)     Trivial (Nama Umum)
Ø  Tak bercabang
Ø  Bercabang
a.       Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang                                terdapat gugus karboksil).
b.      Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.
c.       Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.
d.      Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang mengikat gugus karboksil dengan huruf α, β, γ.

SIFAT FISIKA ASAM KARBOKSILAT
Ø  Kelarutan asam karboksilat dalam air lebih besar daripada alkohol, eter, aldehida, dan keton yang berat molekulnya sebanding.
Ø  Pada temperatur kamar, asam karboksilat yang bersuhu rendah adalah zat cair yang encer, suhu tengah berupa zat cair yang kental, dan suhu tinggi berupa zat padat yang tidak larut dalam air.
Ø  Titik didih dan Titik leleh asam karboksilat relatif tinggi karena kuatnya tarik menarik antarmolekul. Bahkan, lebih tinggi dari alkohol yang bersesuaian.
Ø  Asam karboksilat suhu rendah dapat larut dalam air, tetapi asam karboksilat suhu yang lebih tinggi sukar larut air.
Ø  Asam karboksilat dapat terionisasi sebagian dalam air, sehingga termasuk senyawa elektrolit lemah.
R-COOH  ⇋  R-COO-  +  H+

SIFAT KIMIA ASAM KARBOKSILAT
Ø  Asam karboksilat mempunyai ikatan hidrogen sesamanya dan dapat berikatan secara ikatan hidrogen dengan molekul air.
Ø  Asam karboksilat mempunyai gugus hidroksil yang bersifat polar sehingga asam karboksilat bersifat polar.
Ø  Kereaktifan asam karboksilat merupakan asam lemah dan makin lemah untuk suku yang lebih tinggi.
Ø  Reaksi dengan basa
Asam karboksilat bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air.
Ø  Reduksi
Reduksi asam karboksilat dengan katalis litium alumunium hidrida menghasilkan alkohol primer.
Ø  Reaksi dengan tionil diklorida
Asam karboksilat bereaksi dengan tionil diklorida membentuk klorida asam, hidrogen klorida dan gas belerang dioksida.
Ø  Esterifikasi
Dengan alkohol, asam karboksilat membentuk ester. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan.
Ø  Reaksi dengan amonia
Dengan amonia, asam karboksilat membentuk amida dan air.
Ø  Dekarboksilasi
Pada suhu tinggi, asam karboksilat terdekarboksilasi membentuk alkana.
Ø  Halogenasi
Asam karboksilat dapat bereaksi dengan halogen dengan katalis phosfor membentuk asam trihalida karboksilat dan hidrogen halida.
KEGUNAAN ASAM KARBOKSILAT
a)     Asam format
Ø  Asam format banyak digunakan dalam industri tekstil, penyamakan kulit, dan di perkebunan karet untuk menggumpalkan lateks (getah pohon karet).
b)     Asam asetat
Ø  Dalam industri, sebagai bahan baku sintesis serat dan plastik.
Ø  Dalam laboratorium, sebagai pelarut dan sebagai pereaksi.
Ø  Asam asetat adalah asam yang terdapat dalam cuka makanan. Kadar asam asetat yang terdapat dalam cuka makanan sekitar 20-25 %.
c)      Asam oksalat
Ø  Terdapat dalam daun bayam dan buah-buahan, bentuk senyawanya sebagai garam natrium atau kalsium.
Ø  Menghilangkan karat dan bahan baku pembuatan zat warna
Ø  Mengasamkan minuman, permen, dan makanan lain.
Ø  Digunakan dalam fotografi, keramik, penyamakan, dan proses produksi lainnya.
4.      AMINA
Amina merupakan sebatian organik dan kumpulan berfungsi yang menganduni satu atom nitrogen bes dengan pasangan tersendiri. Amina adalah terbitan ammonia, di mana satu atau lebih atom hidrogen digantikan dengan bahan pengganti organik seperti kumpulan alkil dan aril. Sebatian dengan atom nitrogen bersebelahan dengan karbonil dalam struktur R-C(=O)NR2 dipanggil amida dan mempunyai ciri-ciri kimia yang berbeza. Contoh amina yang penting termasuklah asid amino, amina biogeni, trimetilamina dan anilina; lihat Kategori:Amina untuk senarai amina.

TATA NAMA AMINA
Amina (R-NH2) adalah gugus fungsi yang namanya diambil dari rantai alkana yang mendapatkan imbuhan "-amina" (contoh: CH3NH2 Metil amina). Jika dibutuhkan, maka posisi berikatan juga diberi imbuhan: CH3CH2CH2NH2 1-propanamina,CH3CHNH2CH3 2-propanamina. Imbuhan di depan adalah "amin.
Untuk amina sekunder (rumus umum R-NH-R), rantai karbon terpanjang akan terhubung dengan atom nitrogen dan menjadi nama utama amina tersebut, rantai yang lainnya dinamai dengan gugus alkil, lokasi gugus yang berikatan dengan gugus fungsi diberi huruf miring N: CH3NHCH2CH3 disebut dengan N-methiletanamida. Amina tersier (R-NR-R) juga dinamai mirip: CH3CH2N(CH3)CH2CH2CH3 disebut N-etil-N-metilpropanamida. Juga, nama gugus alkil diurutkan sesuai alfabet. 
1)    IUPAC (Sistematik)
Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara seperti nama sistematik alkohol, monohidroksi akhiran –a dalam nama alkana induknya  diganti oleh kata amina.
Contoh:
CH3-CH-CH3
           │                                       2-propanamina
        NH2
    
Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang terikat pada atom N tidak sama), lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai amina primer yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa gugus sustituen yang lebih besar dianggap sebagai amina induk, sedangkan gugus subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan dengan cara menggunakan awalan N (yang berarti terikat pada atom N).
Contoh:
CH3 – N – CH3 – N – N         -dimetilsiklopentamina
2)    Trivial
Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah dengan menyebutkan gugus-gugus alkil/aril yang terikat pada atom N dengan ketentuan bahwa urutan penulisannya harus memperhatikan urutan abjad huruf terdepan dalam nama gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina di belakang nama gugus-gugus tersebut.

SIFAT FISIKA AMINA
·         Suku-suku rendah berbentuk gas.
·         Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
·         Mudah larut dalam air
·         Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
·         Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.

SIFAT KIMIA AMINA
·         Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam air.
·         Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan seiring bertambah cenderung bertambah panjangnya rantai karbon.
·         Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat basis.

REAKSI-REAKSI AMINA
·         Reaksi Amina dengan Asam Nitrit
a)     Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkan alkohol disertai pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O
         │                                          │
        CH3                                     CH3
  Isopropilamina (amina 1°)  isopropil alkohol (alkohol 2°)

b)     Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan senyawa N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O
Contoh :
H N=O N + HNO2 → N + H2OCH3CH3
                N-metilanilina N-metilnitrosoanilina

c)      Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil reaksi yang  ditentukkan oleh jenis amina tersier yang digunakan. Pada amina alifatik/aromatik tersier reaksinya dengan HNO2mengakibatkan terjadinya substitusi cincin aromatik oleh gugus –NO.
Contoh :
CH3 CH2 N + HNO2 → N + H2O CH3 CH3
             N,N-dietilanilina p-nitroso –N,N- dimetilanilina

d)     Amina aromatik primer jika direaksikan dengan HNO2 pada suhu 0°C menghasilkan garam diazonium.
Contoh:
NH2 + HNO2 + HCl N= : Cl + 2H2O
   Anilina benzenadiaazonium klorida
Reaksi Amina dengan Asam
  Contoh :
(CH3CH2)2NH + HCl (CH3CH2)2NH+Cl-
           Dietilamonium klorida
5.      TIOL
            Tiol adalah sebuah senyawa yang mengandung gugus fungsi yang terdiri dari atom sulfur dan atom hidrogen (-SH). Sebagai analog sulfur dari gugus alkohol (-OH), gugus ini dirujuk baik sebagai gugus tiol ataupun gugus sulfhidril. Secara tradisional, tiol sering dirujuk sebagai merkaptan. Tiol Merupakan kelompok dari senyawa organik sulfur yang diturunkan dari hidrogen sulfida dengan cara yang sama dengan alkohol diturunkan dari air; memiliki ciri dengan bau yang tidak sedap, dan ditemukan dengan senyawa sulfur lainnya dalam minyak mentah; contohnya adalah metil merkaptan. Juga dikenal sebagai tiol.

TATA NAMA TIOL
            Ketika gugus tiol adalah substituen pada alkana, terdapat beberapa cara penamaan:
Ø  Metode yang direkomendasikan oleh IUPAC adalah dengan menambahkan akhiran -tiol pada nama alkana. Metode ini hampir identik dengan tatanama alkohol. Misalnya: CH3SH akan menjadi metanatiol.
Ø  Metode lama, perkataan merkaptan menggantikan alkhol pada nama analog alkohol senyawa itu. Misalnya: CH3SH menjadi metil merkaptan. (CH3OH bernama metil alkohol)
Ø  Sebagai sebuah prefiks, istilah sulfanil atau merkapto digunakan. Sebagai contoh: merkaptopurina.
SIFAT FISIKA TIOL
Ø  Bau
            Banyak senyawa tiol adalah cairan dengan bau yang mirip dengan bau bawang putih. Bau tiol sering kali sangat kuat dan menyengat, terutama yang bermassa molekul ringan. Tiol akan berikatan kuat dengan protein kulit. Distributor gas alam mulai menambahkan berbagai macam tiol yang berbau tajam ke dalam gas alam yang tidak berbau tersebut setelah kasus peledakan sekolah New London pada tahun 1937 di New London, Texas yang mematikan. Walaupun demikian, tidak semua tiol berbau tidak sedap. Sebagai contoh, tioterpineol bertanggung jawab atas aroma sedap buah Citrus × paradisi.
Ø  Titik didih dan kelarutan
            Oleh karena perbedaan elektronegativitas yang rendah antara hidrogen dengan sulfur, ikatan S-H secara praktis bersifat kovalen nonpolar. Sehingga ikatan S-H tiol memiliki momen dipol yang lebih rendah dibandingkan dengan ikatan O-H alkohol. Tiol tidak menampakkan efek ikatan hidrogen, baik terhadap molekul air, maupun terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, tiol memiliki titik didih yang rendah dan kurang larut dalam air dan pelarut polar lainnya dibandingkan dengan alkohol.

SIFAT KIMIA TIOL
Ø  Sintesis
            Metode pembuatan tiol mirip dengan pembuatan alkohol dan eter. Reaksinya biasanya lebih cepat dan berendemen lebih tinggi karena anion sulfur merupakan nukleofil yang lebih baik daripada atom oksigen.  Tiol terbentuk ketika halogenoalkana dipanaskan dengan larutan natrium hidrosulfida.
            CH3CH2Br + NaSH heated in ethanol(aq) → CH3CH2SH + NaBr
            Selain itu, disulfida dapat dengan mudah direduksi oleh reduktor seperti litium aluminium hidrida dalam eter kering menjadi dua tiol.
            R-S-S-R' → R-SH + R'-SH

REAKSI – REAKSI TIOL
            Gugus tiol merupakan analog sulfur gugus hidroksil (-OH) yang ditemukan pada alkohol. Oleh karena sulfur dan oksigen berada dalam golongan tabel periodik yang sama, ia memiliki sifat-sifat ikatan kimia yang mirip. Seperti alkohol, secara umum, ia akan terdeprotonasi membentuk RS (disebut tiolat), dan secara kimiawi lebih reaktif dari bentuk tiol terprotonasi RSH.
            Kimia tiol berhubungan dengan kimia alkohol: tiol membentuk tioeter, tioasetal, dan tioester, yang beranalogi dengan eter, asetal, dan ester. Lebih jauh lagi, gugus tiol dapat bereaksi dengan alkena, membentuk tioeter.
            Atom sulfur tiol lebih nukleofilik daripada atom oksigen pada alkohol. Gugus tiol bersifat sedikit asam dengan pKa sekita 10 sampai 11. Dengan keberadaan basa, anion tiolat akan terbentuk, dan merupakan nukleofil yang sangat kuat. Gugus dan anion ini dapat dengan mudah teroksidasi oleh reagen seperti bromin, menghasilkan disulfida (R-S-S-R).
            2R-SH + Br2 → R-S-S-R + 2HBr
            Oksidasi oleh reagen yang lebih kuat, seperti natrium hipoklorit atau hidrogen peroksida, menghasilkan asam sulfonat (RSO3H).
            R-SH + 3H2O2 → RSO3H + 3H2O
RUMUS STRUKTUR TIOL
            Rumus struktur tiol adalah   R – SH. Cara pemberian nama tiol sama dengan alkohol/alkanol, yaitu dengan menambahkan akhiran – tiol- sebagai pengganti- ol-pada alkohol/alkanol. Gugus-SH-sendiri biasa disebut  gugus  “ merkapto”.

6.      ETER
TATA NAMA
Nama lazim dari eter adalah alkil alkil eter, yaitu nama kedua gugus alkil diikuti kata eter (dalam tiga kata yang terpisah ).
  CH3- CH2- O - CH3  Metil etil eter
1)    IUPAC
Nama IUPAC adalah alkoksialkana. Dalam hal ini eter dianggap sebgai turunan alkana yang satu atom H alkana diganti oleh gugus alkoksi ( -OR ).
CH3-CH2-O-CH3        metoksietana
Eter diberi nama sesuai nama alkananya dengan awalan “ alkoksi “ dengan ketentuan sebagai berikut :
·         Rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi –O– ditetapkan sebagai gugus fungsi alkoksinya.
·         Rantaikarbon yang lebih panjang diberi nama sesuai senyawa alkananya
2)    Trivial
Penamaan eter sebagai berikut :menyebutkan nama kedua gugus alkil yang mengapit gugus –O– kemudian diberi akhiran eter.
Contoh :
Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial
CH3–CH2–O–CH2–CH3                     EtoksietanaDietileter / etiletileter
CH3–O–CH2–CH2–CH3                     Metoksi propane Metilpropileter
CH3–CH2–O–CH2–CH2–CH3           Etoksi propane Etilpropileter

SIFAT FISIKA ETER
·         Titik cair dan titik didih eter jauh lebih rendah daripada alkohol.
·         Eter lebih besar sukar larut dalam air daripada alkohol. Sulit larut dalam air, karena kepolarannya rendah
·         Pada umumnya eter tidak bercampur dengan air.
·         Pada suhu kamar, kelarutan etil eter dalam air hanya 1,5 %. Hal ini terjadi karena molekul eter kurang polar.
SIFAT KIMIA ETER
·         Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
·         Eter tidak beraksi dengan logam natrium.
·         Eter terurai oleh asam halida, terutama oleh HI. Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asamhalida kuat (HI dan H Br)
KEGUNAAN ETER
·         Eter yang terpenting adalah etil eter yang dalam kehidupan sehair-hari maupun dalam perdagangan disebut eter.
·         Kegunaan utama eter adalah sebagai pelarut dan obat bius (anestesi) pada operasi. Etil eter adalah obat bius yang diberikan melalui pernapasan, seperti halnya kloroform atau siklopropana.
REAKSI – REAKSI ETER
·         Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbondioksida dan uap air.
·         Reaksi dengan Logam Aktif
Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logamaktif).
·         Reaksi dengan PCl
Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.
·         Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX)
Eter terurai oleh asamhalida, terutama oleh HI. Jika asam halida terbatas:

7.     ESTER
TATA NAMA ESTER
No.
Rumus Struktur
Nama IUPAC
Nama Trivial
1
H-CO-O-CH3
Metil metanoat
Metil formiat
2
CH3-CO-O-CH3
Metil etanoat
Metil asetat
3
CH3CH2-CO-O-CH2CH3
Etil propanoat
Etil propionat
4
CH3 (CH2) 2-CO-O-CH3
Metil butanoat
Metil butirat
5
CH3 (CH2) 3-CO-O-CH2CH3
Etil pentanoat
Etil valerat
Ester turunan alkana diberi nama alkil alkanoat. Yang disebut alkil pada nama itu adalah gugus karbon yang terikat pada atom O ( gugus R' ), sedangkan alkanoat adalah gugus R-COOH-. Atom C gugus fungsi masuk ke dalam bagian alkanoat.
SIFAT FISIKA ESTER
Ø  Ester bersuku rendah berwujud cair encer, ester bersuku tengah berwujud cair kental, ester bersuku tinggi berwujud padat.
Ø  Titik didih dan Titik leleh rendah karena tidak memiliki ikatan H.
Ø  Ester bersuku rendah sedikit larut, sedangkan ester bersuku tinggi makin mudah larut.
Ø  Merupakan senyawa nonelektrolit
SIFAT KIMIA ESTER
Ø  Tidak terdapat ikatan H, tetapi ada ikatan van der Waals.
Ø  Senyawa bersuku rendah sedikit polar, sedangkan senyawa bersuku tinggi hampir nonpolar
Ø  Ester kurang reaktif.
PEMBUATAN ESTER
Ester dapat dibuat dari asam karboksilat dan alkohol dengan pengaruh asam sulfat pekat. Reaksi ini disebut reaksi pengesteran (esterifikasi) dan merupakan reaksi kesetimbangan.
BEBERAPA JENIS ESTER DAN PENGGUNAANNYA
Ester mempunyai aroma yang sedap banyak di antaranya terdapat pada bunga atau buah-buahan sehingga disebut ester buah-buahan. Lilin (wax, bukan lilin parafin) adalah ester dari asam karboksilat berantai panjang dengan alkohol berantai panjang. Salah satu golongan ester yang banyak terdapat di alam adalah lemak (fat). Beberapa contoh lemak dan minyak adalah lemak sapi, minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak kelapa.
Berdasarkan susunannya, ester terbagi atas tiga golongan, yaitu sari buah-buahan, lemak atau minyak, dan lilin.
1)     Sari buah-buahan, yaitu ester dari alkohol suku rendah atau tengah.
Contoh Ester Sari Buah-Buahan
Nama Senyawa
Aroma
Nama Senyawa
Aroma
Etil format
Rum
Metil butirat
Apel
n-amil asetat
Pisang
Etil butirat
Nanas
Isoamil asetat
Buah pir
n-propil butirat
aprikot
n-oktil asetat
Jeruk manis

2)     Lemak dan minyak, yaitu ester dari gliserol dan asam karboksilat suku tengah atau tinggi.
Lemak adalah ester yang terbentuk dari gliserol yang asam karboksilatnya jenuh (memiliki ikatan tunggal), sedangkan minyak asam karboksilatnya tak jenuh (memiliki ikatan rangkap).
3)     Lilin (waxes), yaitu ester dari alkohol suku tinggi dan asam karboksilat suku tinggi
C15H31-COO-C30H61                                                H51-COO-C30H61
(mirisil palmitat/lilin tawon)                       (mirisil serotat/lilin carnauba)
REAKSI-REAKSI ESTER
Ø  Proses hidrolisis dalam suasana asam
R-COO-R’  +  H2O →  R-CO-OH  +  R’-OH
Ø  Proses hidrolisis dalam suasana basa
R-COO-R’  +  OH- →  R-CO-O-  +  R’-OH
Ø  Hidrolisis
Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan dan pengesteran. Hidrolisis lemak atau minyak menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak. Contoh hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan asam stearat.
Ø  Penyabunan
Reaksi ester (khususnya lemak dan minyak) dengan suatu basa kuat seperti NaOH atau KOH menghasilkan sabun. Oleh karena itu reaksinya disebut reaksi penyabunan (saponifikasi). Pada pembuatan sabun juga terbentuk gliserol sebagai hasil sampingan.

KEGUNAAN ESTER

Ø  Ester yang berasal dari buah-buahan digunakan untuk aroma (essence) pada makanan.

Ø  Ester lemak untuk membuat mentega, margarin, dan sabun.

Ø  Ester lilin digunakan untuk mobil dan batik, dapat diperoleh dari tawon, daun palma Bracillia.

8.     Keton
TATA NAMA KETON
Nama alkanon diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran a menjadi on. Nama lazim keton adalah alkil alkil keton. Kedua gugus alkil disebut secara terpisah kemudian diakhiri dengan kata keton.
CH3-CO-C2H5 metil etil keton
CH3-CO-CH3 dimetil keton
SIFAT-SIFAT KETON
·         Oksidasi
Keton adalah reduktor yang lebih lemah daripada aldehida. Zat-zat pengoksidasi lemah seperti pereaksi Tollens dan Fehling tidak dapat mengoksidasi keton. Oleh karena itu aldehida dan keton dapat dibedakan dengan menggunakan peraksi-peraksi tersebut.
·         Reduksi ( Adisi Hidrogen )
Reduksi keton menghasilkan alkohol primer.
KEGUNAAN KETON
Keton yang paling banyak penggunaannya adalah propanon yang dalam dunia perdangan dan kehidupan sehari-hari disebut aseton. Kegunaan utama aseton adalah sebagai pelarut untuk lilin, plastik, dan sirlak. Juga sebagai pelarut untuk selulosa asetat dalam memproduksi rayon. Dalam kehidupan sehari-hari, kaum wanita menggunakan aseton untuk mebersihkan pewarna kuku. Beberapa keton siklik merupakan bahan untuk membuat parfum karena berbau harum.


 DAFTAR PUSTAKA
Budimarwanti, C., 2009, Sintesis Senyawa 4-Hidroksi -5-Dimetilaminometil-3-   Metoksibenzil Alkohol dengan Bahan Dasar Vanilin Melalui  Reaksi Mannich,  Seminar Nasional Kimia Jurusan Pendidikan FMIPA  UNY.
Cipto dan Jojo, K., 2003, Harga Diri Dan Konformitas Terhadap Kelompok Dengan  Perilaku Minum Minuman Beralkohol Pada Remaja, Proyeksi, Vol. 5 (1), ISSN  :1907-8455, Universitas Sultan Agung.
Fessenden, R. J. dan Joan S. F., 1982, Kimia Organik, Edisi Ketiga Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Oxtoby, 2003, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Penerbit Erlangga, Jakarta. 
Suaniti, N.M . A.A., Gede Sudewa Djelantik, I Ketut Suastika, dan I Nyoman Mantik Astawa,  2011, “Aldehid Dehidrogenase Dalam Tikus Wistar Sebagai Biomarker  Awal Konsumsi Alkohol Secara Akut”, Jurusan Kimia FMIPA UNUD, Kampus Bukit Jimbara, Bandung.
Sulaiman, A.H., 1995, Kimia Anorganik, USU Press: Medan.